banner 728x250

Pesan Menyentuh dari Aktivis BMI Taiwan: “Kami Bukan Orang Kaya, Tapi Kami Peduli Sebisa Kami

banner 120x600
banner 468x60

Yayasan Allena, sebuah organisasi yang berfokus pada pendampingan Pekerja Migran Indonesia (BMI) di luar negeri, baru-baru ini menyuarakan keresahan mendalam terkait lonjakan permintaan bantuan finansial darurat. Pihak Yayasan mengaku terpaksa menolak banyak permohonan yang datang belakangan ini karena tingginya kasus dan keterbatasan sumber daya.

Melalui pernyataan resminya, Yayasan Allena mengungkapkan bahwa permintaan bantuan yang membanjiri mereka sebagian besar terkait kebutuhan mendesak, seperti biaya rumah sakit dan biaya makan sehari-hari.

banner 325x300

“Mohon maaf, banyak permintaan pendampingan terpaksa kami tolak. Kami menerima begitu banyak pesan yang meminta bantuan untuk biaya rumah sakit dan kebutuhan makan. Kami juga manusia biasa dan membantu sesuai kemampuan kami,” jelas perwakilan Yayasan Allena.

Sorotan: Bekerja Enam Tahun, Tabungan Nol

Hal yang paling disoroti oleh Yayasan Allena adalah kurangnya kesadaran menabung di kalangan BMI, bahkan dari mereka yang sudah bekerja dalam waktu yang sangat lama.

Pihak Yayasan memberi contoh kasus pekerja migran yang mengaku telah bekerja sebagai Penata Laksana Rumah Tangga (PLRT) selama enam tahun namun uang gajinya “habis” begitu saja.

“Anda bekerja PRT enam tahun. Jika dihitung total, potensi uang yang seharusnya terkumpul sangat besar. Kami sangat menyayangkan jika potensi sebesar itu terbuang enteng,” kritik Yayasan Allena, menyoroti hilangnya kesempatan menabung miliaran Rupiah.

Pesan Kunci: Menabung, Musibah Tak Ada di Kalender

Melihat fenomena ini, Yayasan Allena menitipkan pesan penting dan tegas kepada seluruh Pekerja Migran Indonesia di manapun berada:

“MENABUNG, ya! Kalian tidak akan selamanya berada di negara orang. Musibah atau ‘naas’ tidak ada di kalender, oleh karena itu, harus siap dengan dana darurat.”

Yayasan Allena juga mengingatkan bahwa para aktivis dan organisasi pendamping adalah entitas sosial, bukan lembaga yang memiliki kekayaan tanpa batas.

“Kami juga manusia biasa. Kami bukan yayasan yang kaya raya tajir melintir. Kami harus memilah dan menilai apakah kasus tersebut pantas dibantu atau tidak. Kami mohon maaf jika tidak bisa membantu semua kasus yang datang,” tutupnya, menegaskan pentingnya tanggung jawab finansial pribadi.

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *